Thursday 15 September 2011

When I Felt Down

Hari ini saya beberes laci meja belajar dan menemukan secarik kertas berisi tulisan saya. Dulu, saya memang suka menulis di lembaran kertas dibandingkan di buku. Maksudnya supaya gampang dibuang.. Setelah saya baca lagi, ternyata tulisan saya menginsipirasi saya kembali. Saya ingat betul, tulisan ini saya buat ketika saya mendapat masalah di SMA.

26 Oktober, 8 tahun yang lalu..

Gue depresi. Gue bingung mesti gimana. Hidup gue berubah dan berputar 180 derajat. Citra gue hilang dan tak hanya pudar. Percuma 2 tahun gue mengabdi mengorbankan segalanya di MPK-OSIS dan dalam waktu sekejap gue menghapus citra baik gue. Semua salah gue. Hanya gue yang patut dipersalahkan dan memang selalu gue yang dipersalahkan. Harusnya gue sadar, gue harus mulai berpikir setiap bertindak. Berpikir apa pengaruhnya buat orang lain, bukan berpikir yang terbaik buat gue. Berpikir apa yang terbaik buat orang lain bukan buat diri gue. Karena seharusnya manusia satu harus selalu berpikir baik, kata, hati dan perbuatan untuk manusia lainnya.


Sekarang citra gue sudah buruk banget. Black list-lah istilahnya. (seburuk itukah gue dulu ;p) Tapi gue gak boleh menyerah. Gue harus tetap hidup untuk diri gue. Gue harus bangun, menyelesaikan segalanya, meraih semua mimpi gue! Seburuk apapun citra diri gue. Gue harus bangun! Buktikan bahwa Dwi belum mati. Dwi belum menyerah. Dwi masih punya sisi baik. Yakinlah bahwa apa yang akan Dwi lakukan sekarang, tidak akan seperti dulu. Penghargaan tidak akan datang dari orang lain tapi belajarlah menghargai diri sendiri dan orang lain. Bukan hanya satu orang yang prinsiplis abis sampe gak bisa lihat kenyataan mana yang baik mana yang salah dan tidak bijaksana yang akan melihat dan menilai mu. Bahwa sesungguhnya hanya Allah yang Maha Tahu dan Maha Menilai. Seburuk apapun dirimu hari ini, kamu masih punya Allah yang akan menjagamu, memperhatikanmu, dan menyayangimu.


Hari ini kamu melakukan kesalahan dan orang lain tidak. Itu berarti kamu memiliki pelajaran lebih dari yang lain. Manusia selalu berbuat salah dan hanya manusia itu yang mampu memperbaikinya. Jika kamu tidak bisa memperbaikinya, jadikan itu pelajaran berharga hingga kamu tidak akan mengulanginya. Tetaplah semangat berjuang menggapai mimpimu. Jangan biarkan kesalahan kecil membuatmu mati. Kau boleh jatuh dan terluka. Tapi setiap luka ada obatnya. Obat paling mujarab ada dalam dirimu sendiri. Lihatlah lebih dalam dirimu. Kamu akan menemukan hati. Hati yang akan mengobati lukamu. Untuk itu bersihkan hati, sucikan hati, perkuat hatimu dengan ayat-ayat-Nya.


Allah bersamamu...


Dan setelah itu, saya merasa ringan. Seringan kapas. Sampai ada teman yang berkata, "Hebat ya Dwi!! Salut dengan ketegaran kamu!"

Lu gak tahu aje gimane gue mencoba bertahan---