Friday 15 September 2017

Pengalaman hampir terlantar

Hari itu saya berangkat ke bandara Kastrup dengan penuh enggan. Saya capek. Dari malam sebelumnya saya sudah sambat ke Hanum, badanku gak enak. Butuh pijet. Butuh istirahat. Bahkan yang mengepak koperku saja Hanum. Saya hanya meletakkan barang-barang yang penting dan secukupnya saja saya bawa. Belum pernah saya pergi seenggak niat seperti itu. Pagi itu setelah sarapan seadanya, saya berangkat ke bandara. Biasanya saya hanya naik bis sampai bandara. Namun karena bawaanku tidak sebanyak biasanya, hanya satu koper besar dan tas cangklong, biar cepet, saya pindah naik metro. Eh, ternyata metronya lagi ada masalah. Jadi setiap stasiun berhenti sekitar 3-5 menit. Untung saya memutuskan untuk berangkat lebih awal 30 menit dari rumah. Jadi masih ada cukup waktu meski metro bermasalah.

Perjalanan dengan 2 pesawat via transit di Frankfurt berjalan lancar tanpa masalah. Tiba di Lyon pukul 14.00, saya belum makan siang. Karena berpikiran dan berencana bisa segera sampai hotel dan cari makan siang sambil belanja, maka seperti biasa, saya langsung menuju stasiun Rhone express menuju Lyon Part-Dieu. Kebetulan saya sudah membeli tiketnya online ketika di metro di Copenhagen, jadi bisa cepat dan langsung naik kereta tanpa antri beli tiket lagi. Sampai di Part-Dieu, saya segera beli tiket langganan transportasi umum (Tecely) untuk sebulan. Lalu naik metro menuju hotel yang saya maksud.

Tiba di hotel, saya tanya apakah ada booking atas nama saya. Mereka jawab, bookingnya sudah dibatalkan. Saya bilang, tidak mungkin, booking.com hanya meminta verifikasi kartu kredit saya dan sudah saya verifikasi dan verifikasi sudah sukses. Saya tanya, kalau memang sudah dibatalkan, apakah ada kamar kosong untuk saya? Mereka jawab tidak ada. Ok, kalau begitu, saya boleh pinjam wifi untuk cari hotel lain? Setelah saya berhasil terhubung dengan internet, saya tunjukkan bookingan saya. Lalu mbaknya bilang, "Maaf, mbak, itu bookingannya bukan untuk hotel yang ini. Masih dalam chain kami, tapi hotel di satu stasiun metro setelah ini". Eng ing eng... Baiklah. Sepertinya saya memang lelah. Setelah saya minta maaf, saya pun undur diri dan menuju hotel berikutnya. 

Turun tangga lagi menuju metro sambil angkat koper seberat 18kg, naik metro satu stasiun, naik tangga lagi angkat koper keluar dari stasiun metro, jalan kaki sekitar 500m, dan tibalah saya di hotel yang dimaksud. Saya tanya apakah ada bookingan atas nama saya. dan kembali mereka menjawab, bahwa bookingan sudah dicancel. Saya bilang tidak mungkin. Saya tunjukkan bookingan saya. Sudah benar kan nama hotelnya? Mbak hotel pun akhirnya mencoba menghubungi booking.com. Dua menit kemudian, saya dapat sms dan email cancelation dari booking.com. What the f**k???!!! Saya bisa merasakan tetiba darah saya naik mendidih hingga ke ujung kepala. 

Saya sudah lelah sangat, Tuhan. Saya ingin istirahat. Saya coba hubungi Reyhan, tidak diangkat. Mulai panik. Mau kemana saya? Saya coba hubungi suami saya untuk menenangkan saya, tapi malah berakhir saya sendiri yang tidak kuat. Akhirnya meleleh lah saya. 

Setelah berhasil tenang, dan bisa menghubungi Reyhan, saya pun undur diri dari hotel, berjalan kaki menuju stasiun metro, angkat koper turun tangga lagi, naik metro menuju rumah Reyhan. FYI, hotel saya itu di sebelah barat berjarak dua pulau dari rumah Reyhan. Bandara itu jauh lebih ke timur lagi dari rumah Reyhan. Artinya saya sudah keliling kota dari jam dua siang. Saat itu sudah pukul 7 malam, tapi masih terang. Saya numpang solat dzuhur dan ashar, lalu mencoba mencari hotel lain. Saya tidak memilih airbnb karena airbnb butuh waktu lama untuk konfirmasi. Saya sudah tidak punya stok sabar. Saya lapar, capek fisik, capek hati, kesel dan marah. Kombinasi yang sempurna. Saya langsung booking apartemen hotel yang termurah saat itu meski tidak murah sebenarnya dengan kartu kredit pribadi saya. Setelah mendaatkan konfirmasi, saya segera undur diri dari rumah Reyhan supaya saya bisa segera istirahat karena ini sudah hampir malam juga. 

Sebelum berangkat ke hotel, saya mampir ke restoran Jepang untuk makan jamak siang dan malam. Tapi untuk urusan makan, meski tidak saya qasar, kok ya tetap belum kenyang ya. Padahal saya pesan menu sushi dan ramen. Pasti karena saya lelah. Jangan tanya rasanya, mungkin emosi mempengaruhi rasa makanan. 

Setelah selesai makan, saya naik tram 4 menuju hotel saya. Hotel saya berjarak sekitar 300m saja dari pemberhentian tram. Alhamdulillah akhirnya hotel saya berhasil dengan sukses dibooking. Saya pun bisa masuk kamar pukul 20.25 dan istirahat. Fiuh... What a bery long day...

Pelajaran yang dapat diambil adalah bertualanglah dengan sepenuh hati, Dwi. Kalau kamu mulai dengan separuh hati, kesabaranmu juga jadi tinggal separuh. Lain kali kalau mau memulai perjalanan, solat safarnya yang khusyuk ya.. (saya akui solat safar saya tadi pagi agak terburu-buru). Jangan lupa untuk pastikan lagi semua bookingan dan print semua dokumen perjalanan supaya mudah gak usah bukalaptop, apalagi kalau kamu gak punya internet. dan yang terakhir, makan jangan ditunda ya Dwi. Semoga ini kejadian pertama dan terakhir kalinya. Aamiin..