Sunday, 7 November 2010

Jogja I Love

Tiba2 merasa senang setelah mendengar lagu2 indie yang teman saya bawakan bersama bandnya di MySpace band mereka..

Entah kenapa, tapi musik mereka mengingatkanku pada suasana Jogja, dengan semua keanggunan bangunan-bangunan tua yang khas, hingar bingar desing suara motor di setiap ruas jalannya, kecantikan tata kotanya yang mudah diingat, keromantisan budayanya yang membuat kita hanyut, keramahan orang-orangnya membuat nyaman dan lezatnya makanan2 yang memanjakan lidah. Ya! Jogja selalu membuatku rindu dan merasa seperti jatuh cinta lagi.

Kota yang awalnya membuatku tidak betah ditahun2 awal. Wajar. Semua adalah bagian dari adaptasi dan pembelajaran menuju kematangan emosi gadis yang baru lulus SMA. Kota yang akhirnya mendewasakan aku, membuka mataku akan kebudayaan lokal yang harus kita lestarikan, membuatku lebih peka dan peduli terhadap sesama, lingkungan, dan alam.  Kota tempat aku jatuh cinta dan menambatkan hatiku di sana. Ah, Jogja... (tsah... syahdu bet dah ah... ;p)

Aku rindu dengan kesibukanku sehari-hari di kota pelajar itu. Sekitar pukul setengah tujuh pagi, aku memanaskan mobil city yang ku sayang, berangkat ke arah utara mencari sarapan. Nasi gudeg di depan pasar sentul atau ketupat laksa/sayur di halaman parkir pakualaman atau bubur ayam di depan GOR UNY menjadi pilihan utama. Drive through McD di jalan Sudirman menjadi pilihan terakhir saat aku harus terburu-buru. Melakukan aktivitas di kampus hingga tiba waktu makan siang. Waktu makan siang adalah waktu yang paling menyenangkan. Bersama teman-teman, aku sering menjajaki beberapa tempat makan di sekitar kampus. Sambal terong kantin PAU dan masakan rumah yang cocok banget sama lidahku, warung pak Tho yang pernah mengantarkanku ke UGD di tengah malam (karena keracunan sambal), warung manyoel yang menjadi favorit di awal2 perkuliahan, ayam goreng pak Joko!!! Ah, aku kangen dengan kriuk renyah ayamnya!!! dan sambelnya yang manis pedas. Lotek bu Bagiyo, lotek jalan tukangan yang penjualnya sangat ramah dan selalu ingat dengan semua konsumennya (ini bentuk pelayanan extra yang ku suka dan khas Jogja) dan banyak lagi warung2 yang berderet di pinggir selokan mataram..

Untuk menu makan malam sederhana, RMBS menjadi pilihan papa. Warung penyetan tahu bakar di timur rumah dan masakan padang Bukit tinggi/Andalas menjadi favorit Miko. Sate di dekat rumah mas Hepi (ah, aku lupa nama tempatnya.. tapi aku hafal tempat itu) menjadi kesukaanku!! Sate!!! uuuuhhhhh.... Saat malam menjadi larut, warung2 gudeg pun mulai menggelar dagangannya.. Gudeg basah "Batas Kota" di depan hotel Sahid adalah gudeg paling enak menurutku. Agak jauh dari rumah memang, tapi menikmati jalanan kota Jogja yang romantis di malam hari menjadi bayaran yang setimpal.

Rindu saat2 kompak bersama adikku. Jatmiko Hadi Wibowo. Tukang ojekku yang kadang susah banget diajak pergi. Berkeliling kota saat suntuk hanya untuk mencari susu segar dan roti bakar, ngobrol, becanda, ejek2an gak jelas sepanjang jalan dan waktu yang kita nikmati bersama.

Jajanan2 yang membuatku jadi pinginan. Lumpia "Sami Jaya" di jalan Malioboro. Surabi imut di... dimana ya sekarang? Kata adikku udah pindah lagi??? Siomay Kang Adit di Jogokaryan. Bubur kacang ijo di Sorogenen atau di Krapyak langganannya Puspa. Kue leker di jalan solo. Howh....

Begitu banyaknya pilihan makanan di Jogja hingga membuatku malas berpikir akan makan dimana saat malam minggu bersama pacar. Curangnya pacar saya itu, dia juga malas berpikir mau makan dimana. Jadilah seringnya malam minggu kita habiskan bertiga dengan adikku di rumahku (sebelum ada papa). Masak sendiri dan membersihkan rumah.. hehehehehe....

Miss u much, my dearest Jogja... Wish u get better soon.. Be tough my friends there...