|
Pintu Masuk Fashion Exchange |
Hari ini Aku berencana untuk ke toko
second untuk liat2 barang, cari outfit dan sepatu. Pas lagi mau siap-siap di dapur, disapa Maike, dia ngajak ke
Fashion Exchange di depan
City Hall. Gak tahu persisnya itu apa, tapi kata Maike, kita harus bawa minimal satu baju yang masih layak pakai untuk bisa masuk ke situ. Kata Maike, itu adalah
Swap Market dimana kita bisa tuker-tukeran barang fashion. Maike sudah pernah tiga kali ikut
Swap market. Yang pertama dia cari-cari di internet, tuker-tukeran barang lewat salah satu website khusus untuk itu. Yang kedua, dia bikin sendiri dengan 5 orang temannya. Yang ketiga dia bikin dengan teman-temannya yang lebih banyak. Ini kali keempat dia ikut
swap market. Dia sendiri gak tahu bagaimana mekanismenya yang di Copenhagen ini. Apakah kita bawa barang lalu diberi kupon untuk ”membeli” barang yang lain, atau satu barang ditukar dengan satu barang yang sejenis, atau kita boleh bawa berapa saja dan oleh mengambil sepuasnya. Karena belum pernah ke acara macam itu, aku pikir ya logisnya dan adilnya satu barang ditukar satu barang lah ya. Entahlah..
|
Tiket masuknya membawa minimal 1 buah baju yang masih bagus dan bersih |
Akhirnya aku, Maike dari Jerman, Anna-Roos dari Belanda dan Megumi dari Jepang berangkat jam 10.30 dari rumah. Kita naik sepeda sendiri-sendiri tapi barengan ke
City Hall. Tepat pukul 11 teng, pas lonceng
City Hall berbunyi, kita tiba. Setelah memarkir sepeda, kita jalan menuju antrian dan terkejut karena antriannya sudah super duper panjang banget. Acaranya di depan
City Hall. Antriannya sampai lampu merah di belakang
City Hall. Kalau menurut google map, sekitar 300m antriannya. Orang semua itu. Ada yang bawa troli segala untuk membawa pakaian dia yang mau ditukar.
|
Ini antrian saat kita datang |
|
Dwi, Anna-Roos, Maike, Megumi |
Fashion Exchange adalah pasar barter besar untuk produk fashion. Acara ini bertujuan untuk mempromosikan konsumsi yang berkelanjutan dan memberdayakan Anda sebagai konsumen untuk mengambil tindakan untuk lingkungan yang lebih baik saat Anda memperbarui lemari pakaian Anda secara gratis. Ide dari proyek hijau ini adalah untuk menunjukkan alternatif belanja tradisional (mereka biasa belanja di toko dan mol, sudah gak kenal pasar lagi mungkin ya, jadi perlu dikenalkan lagi konsep pasar tradisional) dan cara kita memperlakukan memperlakukan pakaian. Orang sini konsumtif banget, pakaian masih bagus-bagus, sekali dua kali pakai, seringkali langsung mereka buang kalau udah gak suka.
Event ini pertama kali diadakan pada tahun 2013 dalam rangkaian acara Copenhagen Fashion Festival dimana sekitar 1500 orang berkumpul dan saling bertukar sekitar tujuh ton pakaian. Menurut Maike, ini
event swap market terbesar yang pernah dia datangi. Banyak juga reporter yang datang dan meliput acara ini.
|
Setelah 50 menit mengantri. Sudah hampir dekat pintu masuk |
Setelah antri 1 jam 5 menit dengan sabar dan ceria dibawah langit yang mendung, akhirnya kita sampai juga di pintu masuk. Di pintu masuk, pakaian kita ditimbang. Aku hanya membawa satu cardigan putih yang belum pernah aku pakai sama sekali karena beli online dan jatuhnya gak bagus sama sekali di badan aku. Beratnya 0,2 kg. Kemudian kita diberi satu tas kertas yang cukup besar. Kita boleh mengisi tas tersebut dengan barang-barang yang kita suka sepuasnya. WAW!! Kita masuk sekitar pukul 12.20 dan janjian untuk ketemuan lagi jam 1, kemudian kita berpencar. Pesta awul-awul!! Hahaha…
Di dalam area tersebut terdapat sekitar 10 tenda besar yang mengelompokkan pakaian-pakain berdasar jenisnya. Ada bagian atasan (2 tenda), jaket dan sweater, pakaian anak-anak, aksesoris, pakaian laki-laki, sepatu, baju pesta, dan bagian tengah untuk celana dan bawahan. Selain itu disediakan juga dua tenda berwarna hitam untuk mencoba baju berjamaah dengan banyak cermin. Diantara tenda-tenda juga dipasang cermin besar untuk ngepaske.
Ada banyak sekali panitia yang membantu terselenggaranya cara ini. Ada yang menimbang, memilah baju, menggantungnya di hanger, dan membawanya ke masing-masing tenda sesuai kelompoknya. Selain itu, panitia juga menyediakan tempat duduk untuk istirahat, air minum dalam kemasan karton seperti susu, dan koran tentang fashion. Meskipun ramai, tapi orang-orang disini sopan. Tidak ada yang berebut, desak-desakan atau dorong-dorongan. Semua bergantian mengawul-awul baju. Kalau tidak sengaja menginjak kaki orang atau menyenggol, mereka minta maaf. Sungguh berbeda sekali dengan sikap orang Indonesia yang biasa ditampilkan media di Indonesia. Andai orang Indonesia bisa punya sikap seperti ini ketika ada acara bagi-bagi zakat atau bagi-bagi sembako.. #berharap
|
Suasana pesta awul. Tas Ikea bok! |
|
Tas kertas yang boleh kita isi sepuasnya |
|
Laki-laki pun banyak yang ikut acara ini |
|
Tenda untuk ngepaske baju (fitting tent) dimana orang santai aja buka baju dan mencoba baju bareng-bareng |
|
Mendung tidak mengurangi semangat. Justru membuat suasana lebih adem, tidak panas. |
|
Cermin diantara tenda |
Baju-baju disini masih bagus-bagus karena memang peraturannya harus bawa baju yang masih layak pakai dalam arti sebenarnya, bagus dan bersih. Kebanyakan masih terlihat seperti baru. Baju yang kira-kira punya masa hidup pendek akan panitia buang dan tidak dimasukkan ke arena. Beberapa donatur dari perusahaan fashion seperti AIAYU, ARMOIRE D’HOMME, BLOGGERS DELIGHT, DEA KUDIBAL, ENKEL BASICS, FASHIONPOST, FIELDADVICE, GANNI, IMPRESSION PR, JULIE FAGERHOLT, HEARTMADE, LE FIX, MADS NØRGAARD, MAIKEL TAWADROS, SOULLAND, STARKLINT PR juga memberikan sumbangan. Makanya beberapa aku lihat ada baju yang masih ada labelnya, tap ijarang banget dan sekali dipegang orang, langsung ”hilang”. Kelebihan baju yang tidak ”laku” dari acara ini akan disumbangkan ke Asylum Centre Sandholm melalui the Danish Red Cross.
Jam satu kita kumpul lagi dan Maike bertanya apakah butuh waktu lagi. Akhirnya kita sepakat berpencar lagi dan kumpul lagi jam setengah 2. Aku sebenarnya sudah merasa cukup dengan apa yang sudah aku dapat, jadi aku menggunakan sisa waktu ini untuk menikmati suasana. Memfoto-foto apa yang bisa menjadi bahan blog aku. Aku perhatikan kalau celana jeans di Copenhagen belelnya gak di paha seperti belel celana jeans di Indonesia, tapi di bagian selangkangan. Mungkin karena mereka terlalu banyak bersepeda ya jadi belelnya dibagian situ. #gakpenting
Alhamdulillah aku seneng banget bisa ikut acara ini. Aku pribadi tidak begitu masalah dengan pakaian luar bekas karena di sini lebih sering aku selalu pakai dobel. Jadi pakaian yang langsung nempel kulitku adalah pakaian2 baru yang aku bawa dari Indonesia. Mungkin kalau di Indonesia aku gak akan mau karena baju-baju di Indonesia kalau sudah lama ya sudah tidak layak pakai lagi menurutku karena keringat manusia itu keras di baju. Sedangkan baju-baju disini masih terlihat bagus-bagus karena manusia di sini juga jarang banget keringetan. Jadi bajunya masih bagus dan gak bauk.
|
Hasil jarahan perang bagianku :) |
Puas ngawul, kita makan siang bersama di warung Shawarma. Terus kita semua udah kecapekan dan pulang. Sampai rumah, kita bebersih diri sebentar, lalu kumpul di kamar Maike untuk ”seminar” menunjukkan barang apa yang berhasil diambil dan menunjukkan barang mana yang paling disuka. Kita saling memberikan komentar satu sama lain. ”ih, baju ini bagus, baju itu keren”, dan lain sebagainya
(if you don't really like one's style, you would better to be quiet! That's the common rule everywhere, except in Indonesia probably where people likes to step on someone's toe). Setelah itu kita kumpulkan jadi satu berdasarkan warna, ada 4 kelompok warna kemudian kita cuci selama 3 jam. Pada akhirnya karena sudah terlalu malam, 2 warna terakhir, yaitu merah dan biru kita campur jadi satu. Setiap kloter kita cuci selama 3 jam! Selesai sekitar jam setengah 2 malam.
Pengalaman baru yang menyenangkan!