Pada dining week ini kita dapat menikmati 3-course menu (appetizer, main course dan dessert) hanya dengan membayar 200kr, sudah termasuk air soda dari S. Pellegrino. Ada pula diskon untuk beberapa jenis wine. Kita dapat membeli tiket secara online dengan tambahan biaya tiket sebesar 25 kr dan sekitar 7-9 kr untuk biaya kartu yang digunakan untuk membayar. Harga ini terbilang sangat murah karena biasanya untuk makan ala fine dining dengan 3 menu, harga normal yang dipatok adalah mulai dari 400kr. Pada tahun ini ada sekitar 200 restaurant yang ikut berpartisipasi dalam Dining Week, mulai dari restaurant dengan penghargaan Michelin hingga restaurant yang lebih kasual. Daftar restaurant yang berpartisipasi dapat dilihat pada link ini.
Tahun ini saya ikut berpartisipasi dalam dining week. Setelah menilai review beberapa restaurant dan melihat ketersediaan tempat, saya memilih untuk memesan tempat di restoran Arti ‘kok’ di Hvidovrevej 92, 2650 Hvidovre, Copenhagen. Website mereka www.artikok.dk
Arti'kok has become an institution for good gastronomy in Hvidovre. The premises have since 1930 worked as a restaurant, and since 2005 under the name Arti 'kok’.Alasan lain saya memilih Arti ‘kok’ adalah karena chef yang memasak adalah mantan chef di Kiin kiin restoran; satu-satunya restoran khas Thailand yang mendapat penghargaan Michelin star di Copenhagen.
Pada Dining Week 2016, Arti ’kok’ restoran menawarkan menu sebagai berikut:
Lightly salted cod with fresh apples hereby lime caviar, artichokes, vegetable in Granite and herb |
Kalvemedaillon with pea / truffle puree, sauce gastrique, baked apples, sweet potatoes, sautéed beans with lemon, parsley and shallots, and fresh herbs |
Chocolate cake served with mint sorbet and grated white chocolate |
Untuk dessert, sebenarnya mereka menawarkan Skovbærs pannacotta, served with mint sorbet and grated white chocolate. Namun karena saya tahu kalau pannacotta pasti menggunakan gelatin dalam resepnya, maka setelah membeli tiket, saya email restoran tersebut dan menanyakan jika saya bisa mendapatkan dessert yang lain. Saya tidak mendapatkan balasan, tapi ketika dating, saya langsung ditanya jika saya ingin mendapatkan dessert berupa chocolate cake yang disajikan dengan mint sorbet dan parutan cokelat putih.
Seperti di restoran pada umumnya, pertama kali masuk, kita disambut oleh pramusaji, kemudian kami menyerahkan tiket dining week. Setelah meletakkan jaket dan syal di gantungan yang disediakan, kami ditunjukkan tempat duduk kami dan diberikan menu minuman jika ingin memesan. Namun kami memutuskan untuk tidak menambah minuman lain karena tidak ada jus menu, kami tidak minum alkohol, dan kami merasa cukup dengan air soda. Seharusnya sebelum makanan pembuka, kami disediakan roti dan butter. Namun mereka lupa menyediakannya dan langsung menyuguhi kami dengan makanan pembuka. Hal ini menunjukkan bahwa mereka sudah sangat siap dengan menu yang akan disajikan. Namun, ini juga menjadi alasan mengapa saya merasa ikan cod nya menjadi kurang dingin. Ikan codnya terasa segar, terbukti dari rasa dagingnya yang khas manisnya ikan segar. Namun jika disajikan lebih dingin mungkin akan membuatnya sempurna. Serutan es kaldu ayam yang disajikan bersama ikan kodnya menurut saya terlalu asin. Ketika dimakan bersama ikannya memang menghasilkan cita rasa yang baik, namun kaldu itu meninggalkan rasa yang cukup lama pada lidah meski saya sudah membilas lidah saya beberapa kali dengan air soda. Mungkin juga itu tujuan mereka, membuat baseline rasa pada lidah untuk mempersiapkan lidah kita pada menu selanjutnya. Lime caviar yang menyertai makanan pembuka menurut saya kurang baik karena tekstur yang dihasilkan seperti sagu. Meskipun jelas bukan asli caviar dari telur ikan, namun jika ingin membuat caviar dengan teknik molecular cooking , seharusnya bisa mempertahankan sensasi pop-up texture seperti ketika kita menggigit caviar asli.
Main course
Steak sapi yang dimasak dengan tingkat kematangan medium memiliki tekstur yang super lembut seperti ayam. Sedikit lebih juicy dibanding medium steak yang dimasak normal. Hipotesis saya, daging ini dimasak dengan teknik souz vide dengan suhu sekitar 60 C . Sayang pramusaji yang menjelaskan pada kami kurang lihay dalam berbahasa inggris, jadi kami hanya mendapatkan sedikit informasi. The pea puree is lightly sweet. The very well balanced flavour of the gastrique sauce gave a very nice harmony with the puree and the steak when eaten. Hmm… Yummy.. apel Denmark yang dioven sebentar memberikan sensasi yang menyegarkan pada masakan dan baked sweet potato-nya manis banget. Porsi ini cukup memuaskan buat saya.
Setelah istirahat sebentar, dessert special untuk kami disajikan. Cokelat cake nya begitu lembut hingga seperti puding cokelat. Kurang ada kontras tekstur pada dessert. Tekstur yang kontras hanya diwakili oleh cokelat putih yang dicincang kasar. Namun hadirnya mint sorbet menjadi penyegar untuk cake yang cukup berat jika dimakan sendiri. Mint sorbet yang dibuat juga memberikan sensasi dingin yang tidak tajam, tapi seimbang.
Secara keseluruhan, saya senang makan di sini. Saya merekomendasikan restoran ini bagi orang yang ingin mencicipi makanan khas Denmark.
Ps.
- Saya bikin pos ini bukan procrastination, tapi imbalan untuk diri saya sendiri karena sudah nulis 1000 kata pagi ini. #pembenaran
- Courtesy pictures from Woro Rati Bawono