Wednesday 11 August 2010

nge-kost di Eropa

Duluuuuuu........
Jaman baru masuk kuliah s1, pindah ke Jogja. Kuliah di UGM, rumah di ujung selatan KoJogja. Rasanya ngiriiiiiii banget sama temen2 yang ngekost di sekitar kampus.. kemana-mana deket, butuh temen ngobrol tinggal ketok kamar sebelah, suasananya hidup, dll.

Dahulu ketika pertama kali pindah ke Jogja, tak begitu terasa seperti anak kos karena masih tinggal di rumah orang tua. Meski semua barang yang ada di kamar termasuk rumahnya juga baru, namun itu semua terasa seperti upaya mengisi rumah yang kebetulan juga pada saat itu baru selesai dibangun.

Dengan pindahnya aku ke Jogja,
banyak sekali hal baru yang aku pelajari. Terutama dalam hal manajemen rumah tangga. Jadwal membersihkan rumah, bayar air, listrik, sampah, arisan, pajak rumah, pajak kendaraan, belanja bulanan, jadwal ronda, takjilan, dan yang paling berkesan tentu saja belanja bulanan!! ;) Saat berbelanja bulanan, tak jarang aku melihat seorang ibu dan putri/putranya belanja semua peralatan sehari-hari seperti setrika, lemari plastik, rice cooker, bahan makanan, dll. Langsung saja dapat ditebak bahwa anak ibu ini adalah mahasiswa baru yang akan ngekos di Jogja. Beberapa kali juga aku menemani teman-temanku mencari kos-kosan baru, membeli kasur, dan perlengkapannya. Senang sekali menemani teman berburu kos-kosan dan dan barang-barang untuk melengkapi kamar barunya. Kadang aku berkhayal, ingin juga bisa ngekos. Butuh teman, tinggal ngetok kamar sebelah. Makan bareng-bareng, belanja sama-sama, window shopping kapan aja. Sungguh nikmat Allah tak ada yang bisa aku dustakan. Sekalinya ngekost, di luar negeri!! Dengan semua teman asing, suasana baru, budaya yang berbeda. Dan aku beruntung karena sudah mengalami hidup sendiri, pisah dari orang tua, jadi banyak ilmu yang bisa dipakai lagi disini, terutama ilmu manajemen rumah tangga. *yang mana temen2ku di sini pada masih tinggal sama ortunya terus, jadi mereka lebih shock!!

Ya, menjadi mahasiswa master di bawah program Erasmus Mundus dalam bidang ilmu dan teknologi pangan membawa saya belajar untuk bisa cepat beradaptasi. Selama berpindah-pindah dari kota satu ke negara yang lainnya, saya belum pernah mengalami maslaah akomodasi yang berarti. Semua akomodasi yang saya tempati di Gent (belgia), Porto (Portugal), dan Bernburg (Jerman) sudah lengkap terisi. Kasur, sprei, selimut, alat makan, alat masak, meja belajar, kursi, lampu, dll. Setelah membuat kontrak, saya tinggal datang dan belajar dengan tenang. Hal ini terjadi karena memang semua dibantu dari sekolah.

Gent, Belgia

Di Gent, Belgia, akomodasi saya ditangani oleh departemen sosial dari sekolah. Saya hanya cukup mengajukan permohonan tempat tinggal tipe apa yang saya inginkan, berapa lama, mulai dari kapan sampe kapan, dan saya tidak perlu mikir apa2 lagi setelah masalah administrasi selesai. Sprei dan selimut di sediakan dan bisa diganti kapan saja, tinggal bawa ke kantor departemen sosialnya.

Ada tiga tipe kamar yang ditawarkan dan aku mencoba semuanya. Awal datang, aku memilih tipe standard. Letaknya di Triomfstraat 14. Harga sewa 278e/bulan sudah termasuk air, listrik, dan internet. Kamar dan rumah ini baru saja selesai dibangun. Semua masih baru, bersih dan bagus. Kamar mandi dan toilet terpisah dan digunakan untuk bersama2, dapur juga bersama. Satu rumah ada 4 kamar. Dalam kamar ada lemari pakaian, meja belajar, kursi dan tempat tidur. Dapur bersih dengan microwave tanpa oven. Kamarnya seperti gambar di bawah ini.

Rumah baru, kosan baru, penghuni baru.

Tempat tidur dan meja belajar kecil

Tak cukup untuk semua barang2ku.. semua masih ada di koper.

Karena di kamar sederhana banget, dan aku merasa kurang nyaman seperti di rumah, maka setelah satu setengah bulan, aku minta pindah ke kamar ekonomi di Gasmeterlaan 50. Harga sewa lebih murah, 255e/bulan dan sudah termasuk air, listrik dan internet. Hanya saja internetnya dibatasi. Serumah ada 5 kamar, dapur dan kamar mandi bersama. Kamar mandi dan toilet jadi satu (jadi gampang kalo mau cebok), hanya saja kecil dan agak tua. DApur super lengkap, ada oven, microwave, kukusan, toaster, water boiler, kompor tentu saja, dan peralatan makannya juga jauh lebih banyak. Landlordnya baik hati pula. Di kamar ada tempat tidur, lemari baju, lemari makanan, lemari buku, rak sepatu, rak kosmetik, sofa, meja belajar super gede, wastafel, cermin, 12 buah lampu dan colokan, kursi kecil, laci, beuh!! Lengkap kap kap!!


Front view. My flatmate in Gasmeterlaan and our room


Pojok belajar. Meja belajarnya gede banget!! puas!!


Pojok santai. Enak banget buat ngobrol sore sambil minum teh dan menikmati kota Gent dari jendela kamar.


Pojok istirahat. Tempat tidur, rak makanan dan lemari pakaian.

Aku menempati rumah ini hanya sampai Desember, namun tempat ini memberikan kesan yang mendalam buat aku.. tempatnya, teman-temannya, landlordnya, semua.. Disinilah aku merasakan salju pertamaku..

Porto, Portugal

Akhir desember, aku pindah ke Porto, Portugal. Tempat tinggal di Porto tidak ditangani oleh sekolah. Kami disuruh mencari sendiri. Sebenarnya banyak sekali kos-ksoan murah di porto, namun saat itu aku sudah pusing dan akhirnya menyerah pada website yang disarankan oleh program ini. Website yang khusus menangani urusan akomodasi di porto. Tempatnya sangatlah buagus!! Serasa tinggal di hotel!! Semua model studio, tapi dalam asrama yang dijaga ketat oleh satpam dan kamera. Ini alamatnya http://www.spru.pt/index.php?option=com_content&view=article&id=255&Itemid=301&ling=en
Harga sewa mulai dari 303e/bulan belum termasuk air dan listrik. Seminggu sekali akan ada yang membersihkan kamar, mengganti sprei, dan membersihkan kamar mandi dan toilet. Kita juga disediakan tissue toilet, handuk badan, handuk wajah, dan keset yang juga diganti setiap minggu.

kamar di SPRU dengan pemandangan yang indah di luar jendela


kitchen set

kamar mandi yang standar hotel

Bernburg
Di Bernburg, semua sudah ditangani oleh Sandra. Kita tinggal bilang ya dan bayar. 210e untuk tiga minggu. Hanya saja disini sekamar berdua atau bertiga. tapi hanya untuk tiga minggu, aku sih tidak masalah. Yang jadi masalah adalah sinyal wifi yang sangatlah lemah.. Hadoh... Susah ini!! Disini Aku sekamar dengan Honeylet.


Wilayahku


Wilayah Honeylet

Wilayah kita berdua

Kembali ke Gent
Setelah dari Bernburg, aku harus kembali ke Gent untuk mengambil 3mata kuliah wajib. Dan di pemberhentian ini aku sengaja memilih studio dimana dalam kamar terdapat kamar mandi dan dapur sendiri. Kamar studio ini cukup besar. Kamar mandi dan toilet jadi satu. dapur juga di ruangan tersendiri. Mantab lah!! Dalam kamar ada sofa besar yang bisa diubah jadi tempat tidur, meja makan yang besar dan kursinya, tempat tidur, lemari baju, lemari makanan, meja belajar, dan kursi.

Lemri baju, pintu masuk studio, meja belajar dan sofa


sofa yang kulapisi sprei dari mama dan meja makan menghadap jendela. indah banget


tempat tidur, pintu kamar mandi, dan lemari baju

dapur di studio ku

Akhirnya, Leuven

Aku mengambil penelitian di Katholik University of Leuven (KUL). Leuven ini adalah kota pelajar. Seperti Jogja-nya Belgia lah.. Mencari kos-kosan di Leuven ini susah. Aku datang bulan Juni, dan rata-rata kosan baru bisa ditempati mulai september, dan kebanyakan hanya mau di kontrak satu tahun. Jadi kalau kurang dari satu tahun kita sudah gak pake, ya tetep harus bayar sampai setahun. Udah gitu dari sekian banyak yang aku survey, kayaknya kok mereka para landlord itu seenaknya aja bikin kamar. Merasa pasti laku kali ya.. Kamarnya tuh kecil2, sempit, ada yang kalo tiap mandi harus bayar, ada yang sumpeknya ngalah2in kamar pembantu, ada yang harus kontrak dengan acara sosial, ada ada aja deh...

Tapi di KUL ini ada student housing service yang membantu kita mencari tempat tinggal. Untuk mahasiswa erasmus, mereka menyediakan daftar kamar yang bisa disewa kurang dari satu tahun. Beruntung aku menemukan kamar yang cocok. Lokasinya di dalam lingkar kota Leuven, harganya murah, dan lengkap. Harga sewa 255e/bulan, bisa dikontrak untuk 7 bulan, sudah termasuk air dan listrik. Internet di kos2an di Leuven rata2 pake kotnet. Kotnet adalah penyedia layanan internet di bawah KUL, jadi bisa donlot jurnal dari rumah. Di kamar dapat tempat tidur besar tanpa sprei dan selimut, meja belajar, kursi, sofa, wastafel, cermin, rak makanan, kulkas kecil, lemari baju, nakas, meja kecil dan rak2 kecil. Serumah ada 8 orang, kamar mandi terpisah dari toilet, dipakai bersama. Dapur bersama juga bersih dan keren!!! Ada tv di ruang makan. Mantab lah!! Kekurangannya hanya tempat tidurnya berada di atas. Tapi aku pikir ini hanya masalah kebiasaaan saja.


Tempat tinggalku yang sekarang


Dapur kecil di dalam kamar



Rak sepatu, nakas, lemari baju, dan pintu masuk



Pojok belajar

Tempat tidur besar yang ada di atas. Sampai sekarang pun masih suka kejedot kalo bangun kesiangan.. *kebiasaan bangun loncat

Berhubung sprei dan selimut tidak disediakan, maka aku harus berburu barang2 tersebut. Ada kring winkel atau toko barang bekas dan ada juga anggota PPI yang mau melungsurkan barang-barangnya. Jadi gak perlu bingung dan repot. Mau beli baru juga ada IKEA yang terjangkau. Tapi kalo hanya untuk 6 bulan sih, lungsuran juga cukup :D.

Inilah ulasan tentang tempat tinggalku selama di Eropa. Yang jelas, aku gak suka tempat tinggal model kandang -- yang di satu gedung ada banyak kamar, dengan fasilitas ruang bersama yang minim. Mending aja kalo studio, lega. Kalo kamar, berasa di kandang banget. Makanya aku selalu milih yang model rumah. Gak terlalu banyak orang, jadi bisa deket sama yang lain, dan tentunya lebih nyaman. Tapi bagaimanapun juga, rumah tinggal bersama keluarga adalah yang paling nyaman.