Saturday 25 September 2010

Aneh (1)

Berbincang-bincang dengan teman berbeda negara selalu saja mengasyikkan. Apalagi jika kita membahas tentang suatu hal yang buat kita menarik. Akan ditemukan banyak perbedaan, sudut pandang yang berbeda, cara berpikir yang berbeda, dan itu semua akan memperkaya kita. Iya! Mereka aneh banget dengan aku. Aku juga aneh banget dengan mereka. Tapi itu karena kita jelas berbeda dan yang paling penting adalah kita sama2 saling mau terbuka. Kita semua kan memang aneh.. Tapi saya lebih  setuju dengan kata unik dan berbeda.

Mereka aneh banget dengan aku yang menjalankan ibadah puasa. Mereka bilang aku religious banget (ngek! kayak gue dibilang religious??). Buat mereka, adalah hal gila tidak makan seharian dan hanya makan pada malam hari. Ya kalo sudah kewajiban dan merasa agama adalah kebutuhan, maka kita akan menjalankannya dengan senang2 aja.. tiada beban sama sekali. Aku yang juga malah aneh banget sama mereka. Kenapa tidak beragama. Mereka bilang, mereka katholik, dulu.. Mereka katholik karena kakek nenek mereka begitu. Generasi orang tua mereka sudah mulai tidak ke gereja, apalagi generasi mereka. Lagi pula menurut salah satu temanku, “ya buat apa?? Ke gereja seminggu sekali, bisa dibilang beragama? Atau lebih parah lagi, aku, ngerayain natal setiap tahun, apa masih bisa dibilang katholik? Buat aku itu semua cuma perayaan. Tradisi karena pendahulu2ku begitu..”

Dwi: okey, memangnya bagaimana system pendidikan agama di Negara ini? Memangnya gak ada di kurikulum sekolah?

B: Well, ya, dulu waktu kecil ada sih pelajaran agama, tapi itu lebih umum banget, gak ngerti deh dimana katoliknya.. karena pelajarannya juga yang saling menghargai, menyayangi, perdamaian.. Bukannya setiap agama begitu? Lagi pula, itu pelajaran agama, memang kebanyakan orang katolik (krn orang tua dan umumnya orang belgia pemeluk katolik), tapi orang yang beragama lain pun boleh ikutan pelajaran tersebut.

Dwi: *berpikir sebentar… Kl di Indonesia, dari TK sampe kuliah, ada terus pelajaran agama. Tapi pelajaran agama tersebut dipisahkan berdasarkan agamanya. Yang Islam ya belajar islam, yang Kristen ya belajar Kristen, yang hindu belajar hindu, dan seterusnya. Ada lima agama yang diakui di Indonesia : islam, katolik, protestan, hindu dan budha.

*Singh* tiba2 gue tersadar akan sesuatu…

Apakah karena sejak kecil kita dipeta2kan seperti inikah yang membuat bangsaku, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang mudah terprovokasi? Yang selalu menilai dari luar sebelum mengetahui yang sebenarnya. Hmmm… tidak juga… Pelajaran agama yang dipisah2kan memang bertujuan supaya ajaran agama kita lebih terarah, focus pada ajaran masing2, BUKAN lalu menimbulkan prasangka, apasih yang diajarin di agama lain? Kok kita jadi menganggap pemeluk agama lain seperti musuh? Bukankah setiap agama itu bertujuan baik? Dan sedari kecil pun kita sudah diajari PMP (Pendidikan Moral Pancasila), PPKn (*kok gue lupa ya singkatannya?* Pendidikan Kewarganegaraan??), dll yang menjadi sarana belajar tenggang rasa, saling menghormati, menghargai, tapi kemana APLIKASINYA??? NOL!! Jadi ini bukan masalah system edukasi. Karena kalo dicampur, juga jadinya terlalu umum, dan orang jadi malah gak tahu, dimana “islamnya”, “kristennya”, “hindunya”, “budhanya”. Akibatnya malah kayak yang terjadi di Negara ini.  Orang jadi gak ngerti apa gunanya agama. Jadi buat mereka, agama gak penting.

Ketika agama menjadi sangat penting, lalu haruskah kita melupakan dasar ajaran setiap agama untuk saling mangasihi dalam perdamaian?? Lakum diinukum wa liya diin.. Kenapa harus pusing mikirin orang lain sih?? Benerin aja diri sendiri lebih dahulu..…