Tuesday 7 March 2017

What makes Denmark the Happiest country? (4)

Perbandingan dengan Perancis Villeneuve d'Ascq

Sejak 1 Maret 2017, saya sudah pindah ke Lille untuk tugas dibawah VeggiEat project di Bonduelle selama dua bulan ke depan. Alhamdulillah saya dapat pinjaman kamar dari Mas Kamil di Residence Hellen Boucher. Harga sewa per bulannya 242 euro sudah termasuk air, listrik, wifi, penghangat. Kamar yang didapat berukuran 2,5 m x 3,5 m sudah termasuk kamar mandi di dalam, lemari, meja belajar, tempat tidur dan kasur, dan lemari buku. Lebih kecil dari kamar saya di Denmark memang, tapi jelas jauh lebih murah dan kamar mandi di dalam. Dapur umum berbagi dengan 40 penghuni kamar yang lain dalam satu lantai. Di dapur ada kulkas, kompor induksi dan tempat cuci piring. Tidak ada peralatan dapur sama sekali. Tempat laundry ada di lantai dasar. Kelebihan lainnya, asrama ini sangat dekat dengan stasiun metro Cite Scientifique dan hanya berjarak 1,8 km saja dari kantor Bonduelle. Sayangnya lokasi ini jauh dari mana-mana. Saya sendiri sampai bingung harus cari makan dimana. Satu-satunya tempat belanja yang saya tahu hanya mall V2 yang dibawahnya ada supermarket Auchan. Tapi namanya supermarket kan serba mahal. Ada sih daging halal, tapi harganya lebih gak wajar dari Denmark. Setelah googling, ada Lidl yang berjarak 1 km dari rumah. Mungkin nanti sore saya berencana jalan kaki ke sana untuk beli bahan makanan. Meskipun saya yakin tidak ada daging halal di Lidl, tapi setidaknya saya bisa dapat makanan di sana, meski harus menjadi vegetarian untuk sementara waktu. (Babay daging merah.. saya harus hidup sehat dulu).

Oh, ya.. Seperti yang pernah saya bahas di Kosan di Eropa, sepertinya memang tempat tinggal yang paling humanis adalah share apartement. Selain karena serumah hanya maksimal 5-10 orang, dipastikan kita kenal satu sama lain, kita bisa membuat peraturan yang disepakati bersama, kita bisa ngobrol setiap saat, kita jadi lebih bertanggung jawab karena kenal satu sama lain, bisa saling menjaga, saling berbagi (makanan, perasaan, atau barang lain), dan yang paling penting adalah saling percaya. Selain itu, sepanjang pengalaman saya, hanya di share apartment yang peralatan dapurnya lengkap selayaknya rumah. Kenyamanan tingkat tinggi deh pokoknya.

Di asrama ini, saya baru empat hari tinggal, makanan saya di kulkas sudah hilang, sepaket dessert Dannete isi 6 pak. Ya memang kulkas saya tidak dikunci, hanya gembok dicantelin, tapi kan harusnya orang bisa menghargai barang milik orang lain. Karena asrama ini juga asrama internasional, sepertinya pencuri bukan asli orang Perancis lah.. Entah..

Model asrama seperti ini juga tidak memudahkan manusia yang tinggal di sini untuk saling berinteraksi. Saya jadi ingat ketika saya tinggal di Wondelgemstraat selama 3 bulan, saya tidak kenal sama sekali dengan tetangga kiri kanan saya. Saya hanya kenal dengan temen-teman sekelas saya saja yang beberapa tinggal juga di gedung yang sama dengan saya.

Dan setelah pindah, membuat saya semakin bisa bersyukur pernah tinggal di Denmark. Tinggal di Norrebro membuat saya tidak perlu pusing mau belanja apa. Semua ada di depan mata dengan mudah. Di Villeneuve d’Ascq, jauh darimana-mana, jadi harus berpikir setiap kali mau belanja. Mau belanja apa, dimana, naik metro, turun di stasiun mana, dll.

To sum up, Denmark is still the best. Compare to all facilities Denmark has given to you, expensive only depends on your salary.