Wednesday 21 June 2017

Thai Airways: Review

Tahun ini sepertinya Thai Airways sedang promosi untuk penerbangan ke Eropa. Keluarga saya mendapatkan tiket PP cukup murah Jakarta-Milan, Brussel-Jakarta. Karena aira tinggal lebih lama di Eropa daripada keluarga, maka kami harus mencari tiket untuk mengembalikan Aira ke Indonesia. Awalnya saya membelikan tiket untuk suami dan Aira saja tanpa saya, dari Copenhagen-Jakarta, PP sekitar 504 euro per orang. Saya baru beli tiket ke Jakarta H-5 keberangkatan dan alhamdulillah masih dapat di harga 486 euro PP.

Penerbangan dari Copenhagen ke Bangkok ditempuh dalam waktu 10 jam 35 menit. Pesawat yang digunakan adalah Boeing 777-300. Pesawat ini agak lawas. Layar hiburannya tidak dapat dimainkan khususnya untuk bagian game anak2. Jika tidak diminta, awak kabin tidak memberikan mainan untuk anak-anak dengan percuma. Jika kita meminta, baru akan diberikan secara percuma. Mainan yang Aira dapat adalah buku stiker dan balon bentuk pesawat. Fasilitas yang didapat setiap penumpang antara lain banta, selimut, dan headphone saja. Tidak ada amenities yang lain seperti sikat gigi, penutup mata, sumbat telinga, dll. Fasilitas hiburan yang ditawarkan di layar pun tidak banyak pilihannya. Saya sudah hampir semua tonton itu filmnya. Tidak ada lagi yang menarik. Yang belum saya tonton paling film-film asia yang saya kurang minati.

Begitu lepas landas, kami langsung dibagikan kacang dan minuman. Tanpa jeda yang cukup, kami langsung disediakan makan siang. Agak terlalu cepat untuk saya jedanya. Bahkan bisa dibilang tidak ada jeda. Makanan yang disediakan untuk Muslim adalah kari kambing, nasi dan sayur (saya lupa sayurnya apa), tapi rasanya bear-benar tidak membuat selera. Saya pikir karena ini maskapai Asia, rasanya mungkin bisa cocok dengan lidah saya, namun ternyata Thai Airways belum mampu menyenangkan lidah saya. Ditambah lagi selama waktu makan, pesawat menglami beberapa kali turbulance. Sehingga kami makan dalam keadaan dikocok-kocok. Semakin mebuat saya harus berjuang ekstra untuk bisa mensuplai energi ke dalam tubuh dalam bentuk makanan hanya supaya saya tidak jatuh sakit. Sebelum mendarat, kami kembali mendapatkan makan berupa sarapan. Namun kembali lagi, makanan disediakan saat banyak rintangan di udara. Pesawat kembali bergoncang saat jam makan tiba. Sungguh tidak nyaman. Aira lebih memilih tidur. Sarapan kali itu adalah kentang dengan omelet, yoghurt dan buah.

Tiba di Bangkok, kami transit sekitar 1,5 jam. Kemudian perjalanan dilanjutkan ke Jakarta dengan Boeing 787 yang lebih baru, jendela yang dapat digelapkan, layar yang lebih besar dan waktu tempuh 3 jam 35 menit. Kami hanya dapat sekali makan. Saya lupa dapatnya apa, tapi sama tidak menariknya.
Svarnabhumi airport

Pulang dari Jakarta, masih dengan maskapai yang sama, tidak ada perbedaan dalam hal pelayanan. Kami lupa mendokumentasikan menu dari Jakarta ke Bangkok. Dari Bangkok ke Copenhagen, alhamdulillah kami sempat mendokumentasikannya. Dari snack dan makan utama tidak ada jeda dan rute penerbangan punmasih sama bergelombangnya. Menu makanan muslim pertama kami mendapat beef stew, nasi dan okra yang rasanya masih dibawah rata-rata. Saya pun tidak mampu menghabiskannya karena diperparah dengan kondisi makan yang masih juga dikocok-kocok. Menu sarapan muslim, kami mendapatkan omelet, hash brown dan jamur. Omeletnya lumayan. Hash brownnya tetot.
Beef stew, rice and okra

Omelete, hash brown, mushroom

Secara keseluruhan, yaaa… namanya maskapai murah yang lagi promo. You get what you pay and do not wish too high.