YUP!! Akhirnya saya melihat dua garis itu muncul di test pack saya!! Rasanya, gigi saya tidak bisa ditutup dan bibir saya terus menyunggingkan senyum. Ini test pack ketiga yang saya gunakan dalam tiga minggu setelah saya terlambat. Suami saya pun langsung memeluk saya erat sambil berkata “ALHAMDULILLAH”. Tidak ada kata yang lebih baik dari itu dan tidak ada kata yang mampu menggambarkan betapa kami bersyukur akan karunia ini.
Keesokan harinya, kami pergi ke rumah sakit bersalin di dekat rumah suami saya atas rekomendasi dari Ibu. Sebelum berangkat Ibu bilang kalau bidan di rumah sakit bersalin itu bagus, berpengalaman dan sudah terkenal. Jadi saya tidak masalah diperiksa bidan. Kami masuk ke bagian pendaftaran dan mendaftarkan diri untuk periksa kehamilan. Saya di depan meja pendaftaran itu bersama suami saya. Ada dua penjaga di meja itu. Seorang petugas pendaftaran dan saya belum tahu pasti siapa satunya. Kepada sang petugas pendaftaran, saya berkata, “Saya mau periksa kehamilan, bu. Apakah ada dokter praktek hari ini?” Sang petugas pendaftaran menjawab, “oh, kalau hari minggu tidak ada dokter praktek, yang ada hanya bidan. Bagaimana?”. “Ya sudah tidak apa.” Kemudian dia menanyakan nama saya, usia saya, dan bertanya apakah saya sudah menikah. Buat saya pertanyaan terakhir cukup aneh. Tapi saya memakluminya, mungkin memang saya terlihat sangat muda dan memang usia saya cukup muda. Saya jawab tegas bahwa saya sudah menikah. Si Ibu di sebelah petugas seperti tidak percaya dan bertanya dimana suami saya. *JEDENG* (saya jadi merasa seperti anak SMA yang hamil di luar nikah lalu seperti dihakimi atau dikasihani oleh si Ibu).
“Ini suami saya, bu. Di sebelah saya, mendampingi saya. Dan kami sudah dua tahun menikah!!”
Ternyata si Ibu di sebelah petugas pendaftaran tadi adalah bidan yang akan memeriksa saya. Menurut sistem kalender, usia kehamilan saya sudah 7 minggu lebih 3 hari. Pengalaman yang lucu sekali. Kenapa banyak orang yang meremehkan kita ya?? Hahahahaha....
Sampai di rumah, saya ceritakan kepada Ibu apa yang terjadi. Ibu bilang, “Kalau periksa kehamilan itu sreg-sreg an alias cocok-cocokan. Nek kamu gak cocok, ya coba saja di tempat lain.”
Melihat jadwal dokter di rumah sakit itu tidak ada yang cocok dengan jam kerja saya, maka saya tidak kembali lagi ke rumah sakit bersalin itu. Karena hanya dokter yang berhak melakukan USG dan saya ingin menengok bayi kami. ^o^