KTP awal saya adalah KTP Depok-Jawa Barat. Seharusnya setelah menikah, langsung diurus surat kepindahan saya untuk bisa memiliki satu kartu keluarga dengan suami yang bertempat tinggal di Sleman-Yogyakarta. Sayang sekali urat sabar saya tidak sepanjang urusan birokrasi yang seharusnya saya tempuh. Jadi saya memilih untuk membayar seseorang yang mau melakukan urusan pemindahan alamat ini untuk saya. Untuk memiliki kartu keluarga (KK) sendiri (bersama suami), saya harus mengurus perpindahan KTP dari Depok ke Jogja. Kenapa saya harus satu KK dengan suami? Karena ini berkaitan dengan pengurusan akte lahir anak kami nanti. Jadi prosedurnya :
KTP awal -> surat pindah -> KTP dan KK baru -> Akte lahir anakNamun berhubung surat pindahnya salah alamat (seharusnya bisa langsung dipindahkan ke alamat yang sama dengan suami saya di Gamping, Sleman, DIY, namun saya dipindahkan ke alamat kakak saya di Sorosutan, Kota Jogja, DIY), maka jalur yang harus saya tempuh adalah :
KTP Depok -> surat pindah ke Sorosutan -> KTP dan KK baru Sorosutan -> surat pindah ke Gamping -> KTP dan KK baru Gamping -> Akte lahir anakLuar biasa bukan? Nah, untuk mendapatkan dokumen setiap tahap, maka saya (atau orang yang menguruskan untuk saya) harus mengurus surat-surat ke beberapa elemen masyarakat terlebih dahulu. Sebagai contoh, untuk mendapatkan surat pindah dari Depok ke Sorosutan, tahap yang harus dilalui adalah :
RT -> RW -> Kelurahan -> Polisi -> Kecamatan -> Dinas Kota -> dapat surat pindahUntuk mengurus surat pindah dari Depok ke Sorosutan, biaya yang harus saya keluarkan adalah :
Lalu saya bawa surat pindah tersebut ke Jogja dan mengurus KTP baru untuk wilayah Kota Jogja. Biaya yang harus saya keluarkan adalah :
RT/RW Rp 10.000
Kelurahan Rp 25.000
Polisi Rp 30.000
Kecamatan Rp 10.000
Dinas Rp 60.000
Fotocopy Rp 7.000
Cetak foto Rp 12.000
Materai Rp 8.000
Ongkos Rp 23.000
Jasa Rp 15.000
Total Rp 200.000
Setelah mendapatkan KTP dan KK baru di Kota Jogja, saya harus mengurus surat pindah dari Kota Jogja ke Gamping. Biaya yang harus saya keluarkan adalah :RT Rp 10.000
RW Rp 10.000
Kelurahan Rp 25.000
Kecamatan Rp 15.000
Kota Rp 80.000
Fotocopy Rp 3.000
Cetak foto Rp 15.000
Jasa Rp 50.000
Total Rp 208.000
RT Rp 10.000Jadi total biaya yang harus saya keluarkan untuk kepindahan saya adalah sebesar Rp 533.000 (LIMA RATUS TIGA PULUH TIGA RIBU RUPIAH!!!). Luar biasa bukan? Inilah Indonesia...
RW Rp 10.000
Kelurahan Rp 20.000
Kecamatan Rp 10.000
Kota Rp 51.000
Fotocopy Rp 500
Jasa Rp 23.500
Total Rp 125.000
Bisakah sistem ini dirubah? Apakah ini sistem yang terbaik? Toh tetap saja orang Indonesia yang super kreatif, meski dengan ribetnya birokrasi yang ada, beberapa tetap punya identitas lebih dari satu. Bingung saya...
Di Belgia, kartu tanda penduduk sudah berupa kartu elektronik. Biaya pembuatan hanya 17 euro untuk pembuatan kartu saat pertama kali pembuatan saja. Tidak ada biaya sama sekali untuk perpanjangan dan perpindahan alamat.
Proses pembuatan kartu identitas di Belgia tidaklah sulit. Saya hanya perlu mengantri paling lama 2-3 jam, dan urusan akan segera selesai.
Belgium Residence Card - tampak belakang |
Belgium Residence Card - tampak depan |
Kartu elektronik ini memiliki banyak keuntungan karena sudah terintegrasi. Misalkan saya pernah ingin mengganti SIM card telepon seluler saya. Saya tinggal datang ke gerai provider yang saya inginkan, dan mereka pasti membutuhkan detail alamat saya. Mereka tinggal menancapkan kartu identitas elektronik saya ke suatu alat yang dapat membaca dan mencetak informasi yang terdapat pada kartu identitas tersebut. Contoh lain adalah saat saya tertangkap di kereta karena saya lupa menuliskan tanggal, stasiun asal dan stasiun tujuan saya di tiket (oh, buka aib ;p). Walhasil si petugas meminta kartu identitas saya, memasukkan kartu tersebut di mesinnya dan voila!! Saya sukses terdaftar sebagai kriminil. Masih untung hanya kena denda sebesar 72 euro T,T. huhuhu....
Konon katanya memang KTP Indonesia akan dibuat macam e-KTP. Entah kapan akan terealisasi dan entah bagaimana dampaknya terhadap orang-orang yang memiliki lebih dari satu KTP. Ini memang negara hukum, tapi tak banyak orang yang mengerti hukum. Kita lihat saja, sudah berapa banyak dana yang harus dikeluarkan pemerintah dan sebagaimana kreatif orang-orang pemerintah memanfaatkannya.. We'll see...