Ketika saya menempuh pendidikan S2 dalam bidang ilmu teknologi pangan dan nutrisi di negara tersebut, ada satu mata kuliah yang sangat saya suka, yaitu Global Food Issue. Sesuai dengan nama mata kuliahnya, tentu saja kuliah ini membahas tentang permasalahan pangan dunia yang selalu fokus pada ketahanan pangan. Ketahanan pangan yang baik tentulah tidak bergantung pada orang atau negara lain karena bisa menjadi senjata bagi negara produsen untuk bisa menjajah negara konsumen.
Belajar dari pengalaman kekurangan pangan selama perang dunia ke-1 karena ketergantungannya terhadap Amerika, Eropa mulai berusaha memenuhi kebutuhan pangannya sendiri. Di Belgia, salah satu fokus mereka adalah peternakan sapi karena jelas mereka mengkonsumsi daging cukup banyak. Rata-rata setiap orang di Belgia dapat mengkonsumsi 100 kg daging per tahun dengan 20 kg diantaranya adalah daging sapi (sumber: www.hbbbb.be).
Sudah menjadi agenda dalam setiap mata kuliah kami, pasti ada kunjungan lapangan. Dalam mata kuliah Global Food Issue ini, kami diajak pergi ke salah satu peternakan sapi Belgia di kota Aalter (sebelah barat kota Gent, dimana sekolah kami berlokasi) di propinsi Flanders Timur dan rumah pemotongan hewan di kota Zele (sebelah timur kota Gent), masih di propinsi yang sama. Kelas kami tidaklah besar. Hanya terdiri dari 12 murid saja. Dari kampus di kota Gent, kami naik 3 mobil ke Aalter dengan menempuh perjalanan selama kurang lebih 30 menit.
Peternakan sapi yang kami kunjungi adalah perternakan sapi milik keluarga Lips yang masih sepupu dari dosen kami yang bernama Dirk Lips. Peternakan sapi ini bekerja sama dengan tiga universitas di Belgia, yaitu Katholieke University of Leuven, Ghent University, dan Katholieke Hogeschool Sint-Lieven (Catholic Sint-Lieven University of Applied Science). Penelitian mengenai sapi yang dapat menghasilkan daging cukup banyak telah banyak dikembangkan oleh tiga universitas tersebut sejak tahun 1950-an. Karena peternakan ini adalah milik sepupu dosen kami, maka beliaulah yang memandu kami berkeliling peternakan ini dan menjelaskan segala sesuatu tentang sapi Belgian Blue.
Sapi Belgian Blue |
Sapi Belgian blue berasal dari persilangan sapi lokal dengan sapi jenis Shorthorn yang berasal dari Inggris. Dari persilangan ini didapatkan mutasi alami gen yang mengkode myostatin, yaitu protein yang berperan dalam perkembangan otot. Mutasi gen ini mengakibatkan pertumbuhan otot yang lebih cepat sehingga menghasilkan daging lebih banyak dengan sedikit lemak. Gen yang telah bermutasi secara alami ini dipertahankan dengan cara persilangan lebih lanjut untuk mendapatkan galur murninya.
Berdasarkan tujuannya, sapi dibedakan menjadi single purpose dan double purpose. Sapi single purpose adalah sapi yang dikembangbiakkan hanya untuk memproduksi daging saja atau susu saja semasa produktifnya. Sapi double purpose dikembangbiakkan untuk memproduksi susu dan daging semasa produktifnya. Peternakan sapi ini mengembangbiakkan sapi single purpose pedaging dan sapi perah. Keistimewaan dari sapi yang diternakkan di sini adalah semua berjenis Belgian white blue atau biasa disingkat Belgian blue. Seluruh sapi yang diternakkan harus memiliki akte lahir dan kode pendaftaran sapi. Kode pendaftaran ini bisa didapatkan di dinas peternakan setempat. Kode pendaftaran ini harus selalu tertempel di kedua daun telinga sapi, baik sapi perah maupun sapi pedaging.
Umumnya di negara-negara di Eropa terdapat pembatasan jumlah air susu sapi yang dihasilkan oleh setiap peternakan. Pembatasan ini bermaksud untuk menstabilkan harga air susu sapi. Di Belgia, setiap peternakan hanya boleh menghasilkan air susu sebanyak 220 000 liter/tahun. Oleh karena itu sapi perah yang kembangbiakkan di peternakan ini tidak banyak, hanya berjumlah 28 ekor. Seekor sapi dapat menghasilkan kurang lebih 8500 liter air susu per tahun dengan kadar lemak 4,4% dan kadar protein 3,7%. Sapi perah akan produktif menghasilkan air susu hingga umur 5-6 tahun. Setelah itu sapi perah yang sudah tidak produktif ini akan dipotong dan dagingnya digunakan untuk pembuatan produk daging olahan seperti salami.
Berbeda dengan sapi perah, sapi pedaging memang dikembangbiakkan untuk menghasilkan daging kualitas tinggi. Sapi Belgian blue pedaging adalah hasil dari seleksi genetik perkawinan silang, bukan hasil dari rekayasa genetik. Sapi yang dihasilkan berukuran besar dengan tinggi rata-rata 1.2-1.5 m dan berat 1100-1250 kg bahkan ada yang mencapai 1300 kg saat berusia 4 tahun. Ini berarti sekitar 2,5 sampai 3 kali berat sapi lokal Indonesia yang jelas sebagian besar penduduknya mengkonsumsi daging sapi.
Sapi Belgian blue memiliki organ dalam dan kulit 15% lebih kecil dibanding sapi biasa sehingga sapi ini tidak dapat banyak makan rumput. Hal ini disebabkan karena tidak cukup banyak ruang untuk menyimpan rumput dalam perut mereka. Oleh karena itu sapi ini hanya makan pakan olahan seperti jerami dan konsentrat yang terbuat dari biji-bijian dan kedelai. Meskipun demikian, pencernaan sapi ini sangat efektif. Sapi ini menghasilkan lebih banyak daging dan sedikit lemak. Hal ini terlihat dari tingginya persentase daging yang dihasilkan setelah dipotong dan dihilangkan tulangnya yang mencapai 82%. Ini berarti bahwa sapi ini menghasilkan daging lebih banyak dan menghasilkan sedikit limbah atau hasil samping (kotoran, kulit, organ dalam, dll).
Tumpukan pakan sapi |
Ciri daging sapi Belgian blue ini adalah teksturnya yang terkenal empuk dengan sedikit lemak. Oleh karena itu harga daging sapi Belgian blue lebih mahal jika diekspor keluar negeri. Namun di Belgia, hampir semua daging sapi yang dijual adalah jenis Belgian blue. Hanya di tempat inilah saya bisa menikmati daging sapi kualitas super dengan harga standar.
Betapa besarnya panggul si sapi |
Sapi yang mengalami cesar |
Tempat cesar sapi dan kereta bayi sapi |
Di peternakan ini, bayi sapi yang baru dilahirkan hanya akan mendapatkan air susu sapi selama 12 minggu dengan rata-rata pemberian air susu sapi sebanyak 5 liter per hari. Hal ini tentu akan membuat bayi sapi merasa lapar dan untuk itu peternak segera memberikan pakan yang didesain khusus untuk anak sapi berupa konsentrat pada usia 3-4 hari setelah lahir. Dengan demikian sapi ini akan segera menjadi hewan pemamah biak yang memiliki efektifitas tinggi dalam pencernaannya.
Kandang bayi sapi |
Saya adalah orang yang takut dengan segala jenis hewan. Atas nama gengsi dengan teman-teman yang lain, saya pun memberanikan diri untuk mengelus kepala sapi dan bermain-main dengan anak sapi yang baru dilahirkan. Anak sapi yang baru dilahirkan diletakkan dalam kandang terpisah. Satu kandang untuk satu anak sapi. Anak sapi ini terlihat begitu lapar hingga tangan saya pun dikulumnya. Bayi sapi ini belum memiliki gigi sehingga terasa geli-geli ditangan dan sedikit takut dalam hati.
Bermain dengan bayi sapi |
Usai berkeliling, kami dijamu di ruang keluarga. Cuaca saat itu sedang hujan, membuat kami begitu serius dalam diskusi hangat tentang sapi yang dipandu oleh Dirk Lips. Suasana diskusi semakin hangat dengan disuguhkannya air susu sapi hangat hasil perahan pagi itu. Sebelum pulang, Dirk mengingatkan kami untuk datang esok hari dengan tidak menggunakan baju bagus karena kami akan mengunjungi rumah pemotongan hewan. Hmm.. Tak sabar untuk kunjungan berikutnya.. ^o^