Friday, 25 June 2010
Normandy (1)
- The Best Souvenir from Europe -
Selasa, 25 Mei 2010
Semalam aku nginep di rumah Wa Ann karena semua barang aku titip di rumah Wa Ann dan Wa Ann juga pake acara jemput aku untuk pindahan. Karena emang barang aku banyak banget sih.. 9 paket!! Sampe penuh mobilnya Wa Ann. Pagi-pagi benar aku kembali ke kamarku, melipat sprei dan selimut, dan Bie datang mengecek semuanya. Sampah jangan lupa dibuang. Mulai dari jam 11 siang, officially I’m homeless. Tapi aku udah nyetok spageti, tuna, saos tomat, dan bawang putih di Gasmeterlaan. Aku memang rencana makan siang di sana. Setelah kunci aku kasih ke Bie, aku langsung ke Gasmeterlaan, bantuin Pauline packing, masak spageti. Sepaket bahan makanan untuk membuat spageti peninggalan mas Bakti ternyata lumayan banyak dan Pauline sudah tidak punya apapun untuk dimakan. Johnny yang masih sibuk mengantar Honeylet ke kampus untuk menitipkan barang-barangnya, belum juga pulang. Akhirnya aku dan Popo, sapaan akrab Pauline, makan siang bersama lalu belanja ke Delhaize untuk perjalanan ke Normandy!! Aku kaget banget karena selama 4 bulan Pauline tinggal di Gasmeterlaan, dia gak tahu kalo ada Delhaize besar di seberang jalan!!! Parah bener!!!
Jam 3 siang kita berangkat ke Normandy!! Alice yang nyupir. Alice datang bersama Aunty Katrien dari centrum. Jadi di dalam mobil ada 5 orang, yaitu Alice, Popo, Katrien, Dwi, dan Johnny. Normandy adalah sebuah daerah yang terletak di utara Perancis, berbatasan dengan Selat Inggris. Sebagian dari Normandy ini di-klaim milik Inggris (sepertinya masalah perbatasan antar Negara ini selalu menjadi masalah dimanapun). Normandy milik Perancis ini dibagi menjadi dua bagian administratif. Normandy bagian atas (Haute-Normandy) terdiri dari Departemen Kelautan Seine Perancis dan Eure. Normandy bagian bawah (Basse-Normandy) terdiri dari Departemen Orne, Calvados dan Manche. Mata pencaharian utama Normandy adalah berbasis pertanian dan peternakan. Selain itu, Normandy adalah daerah penghasil cider (anggur dari sari buah apel) dan calvados (hasil destilasi cider atau disebut juga brandy apel). Kegiatan ekonomi lain yang juga penting adalah produk susu, rami (60% dari produksi di Perancis), peternakan kuda, perikanan, seafood dan pariwisata.
Perjalanan ke Normandy, normalnya cuma 3 jam. Tapi kita santai aja. Banyak mampir-mampir, beli bir untuk papanya Popo, ke kamar mandi karena tiba-tiba Popo “dapet”, ke jembatan Normandy di kota Honfleur yang Popo banggakan. Dia memang seneng liat jembatan.
Jembatan Normandy ini terletak di atas Sungai Seine, sungai yang mengalir dari selat inggris mengalir ke selatan dan membelah kota Paris. Jembatan Normandy menghubungkan kota Le Havre dan Honfleur. Jembatan ini menjadi salah satu tempat menarik untuk turis karena jembatan ini menjadi rekor dunia untuk jembatan jenis gantung dengan panjang 856m antar dua concrete posts.
Sebelum sampai rumah, kita mampir ke tempat pencucian mobil swalayan. Dan kita pun membagi tugas. Pauline nyedot semua sampah di dalam mobil. Johnny menggosok dengan sabun. Aku menyiram dan membilas. Tidak ada acara mengeringkan mobil. Langsung tancap gas.
Mobil ini milik pamannya Pauline. Dia adalah ketua Koperasi petani di Desa sebelah (aku lupa nama desanya. Kalo desanya Pauline namanya Revier). Nah, karena dia adalah ketua petani, maka mobilnya ini sering digunakan untuk mengangkut hasil panen. Jadilah mobilnya penuh dengan rapeseed, barley, gandum, dan biji kanola. Maka, sebelum dicuci, di sedot dulu pake vacuum cleaner. Semuanya serba dilakukan sendiri. Tinggal masukin uang ke mesin, nanti vacuumnya baru bisa digunakan. Lama penggunaan tergantung uang yang dimasukkan. Begitu juga dengan selang untuk mencuci mobil. Pertama, kita masukin uang ke mesin yang untuk sikat. Sikat ini langsung mengeluarkan air sabun. Johnny yang pegang ini. Dasar Johnny gak pernah nyuci mobil, jadi gak bersih. Padahal itu mobil penuh lumpur yang susah untuk dihilangkan, jadi harus disikat keras. Jadilah Alice turun tangan. Setelah mobil disikat dengan air sabun, uang dimasukkan lagi ke mesin untuk membilas. Aku pegang selang air dengan tekanan udara yang cukup tinggi. Ternyata selang itu berat juga. Berat karena ada tekanan udaranya. Setelah mobil bersih, kita langsung menuju rumah.
Sampai di rumah Pauline, ayah dan ibunya sudah menunggu lama. Mereka menyambut dengan hangat. Kita sampai sekitar jam setengah sepuluh sore. Kita segera menurunkan barang-barang dari mobil lalu memilih kamar. Johnny tidur sendiri, aku tidur sama Pauline di kamar yang cukup untuk tiga orang dan ada showernya di dalam.
Setelah meletakkan barang-barang di kamar dan memilih kamar tentunya, kita makan malam. Makan malam ala Perancis itu banyak banget urutannya. Pertama appetizer. Appetizer pertama yang disuguhkan adalah roti. Awalnya aku gak tahu kalo ini adalah appertizer. Aku pikir, gila ya.. pagi-siang-malam apa mereka cuma makan roti doank? Setelah perjalanan yang panjang, aku kan laper banget. Jadi aku ambil roti lumayan. Ternyata setelah roti, masuk ke menu utama, yaitu Lasagna daging sapi buatan mammon, begitu Popo menyapa ibunya. Enak banget!!! Lasagna ini disajikan dengan salad. Setelah lasagna, kita disuruh mencoba segala macam keju. Aku coba semuanya. Ada yang baunya kayak handuk lembab yang disimpen lama, ada yang bau kaki, ada yang bau keju, ada yang bau tempe, macem-macem deh. Akhirnya aku menemukan keju kesukaanku. Namanya Brie. Itu adalah keju yang diselimuti jamur putih seperti tempe. Aku menyebutnya “tempe”-nya orang Eropa. Enak deh!! Rasanya kayak Camembert yang aku coba di Jerman. Aku juga disuguh Camembert asli dari Perancis (Camembert asalnya dari Perancis), masih bisa dimakan sih.. tapi aku lebih seneng Brie. Saat itu juga aku memutuskan untuk bawa Brie sebagai oleh-oleh untuk Wa Ann dan untuk aku sendiri. Setelah mencoba berbagai macam keju dengan roti lagi, kita disuguh makanan penutup. Makanan penutupnya serba produk Danone karena orang tuanya Pauline mengirimkan susu produksi peternakannya khusus untuk Danone. Ada yoghurt, yoghurt organik, dan cream coklat. Aku pilih krim coklat. Aku pikir ini adalah menu terakhir karena aku udah kenyang banget juga. Ternyata setelah makanan penutup, kebiasaan keluarga Pauline selalu minum teh. Mereka hampir tidak pernah minum teh pakai gula dan aku juga sudah terbiasa minum teh tidak pakai gula. Rasanya lebih enak dan menyegarkan. Kita bisa menikmati rasa asli teh tersebut.
Macam-macam keju yang dihidangkan. Yang oranye itu rasanya kayak edam biasa tapi cukup kuat karena sudah tua. Yang kuning muda rasanya seperti cheddar tua. Yang segitiga itu Brie, dalamnya empuk banget. Enak!! Yang bunder putih itu camembert. Yang kotak itu sukaannya Johnny, aku lupa namanya. Rasanya lebih kuat dari Brie, lebih asin, tapi mirip rasanya cuma lebih kuat. Yang bunder oranye muda itu yang baunya kayak handuk lembab. Aku gak suka. Susah melenan dengan baunya itu.
Tea time adalah penutup dari semua rangkaian makan malam. Saat ini lebih santai. Boleh meninggalkan ruang makan sebentar. Gambar di samping Mammon lagi buka oleh-oleh dari aku: nougat Neushaus favorit dia, kopi kapal api, dan dompet batik 3 ukuran.
Selesai makan malam, aku, popo dan Johnny ke halaman sebentar, main lompat sapi (seperti lompat kodok, tapi pake boneka bentuk sapi). Setelah itu kita tidur karena besok pagi mau memerah sapi bareng papanya Pauline, Piere. Kata Piere, dia biasa merah susu jam tujuh lewat lima belas pagi. Oke!!